Kamis, 31 Januari 2013

anoreksia


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nevosa dan bulimia nervosa, pada umumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan beberapa kesehatan lainnya. Pada penderita anoreksia nervosa keadaan kelaparan yang kronis dapat menyebabkan keabnormalan kelenjar endokrin, kurang optimalnya pertumbuhan selama masa remaja, osteoporosis, anemia, hipotermia sinus bradycardia, dan beberapa penyakit lainnya. (McIntire&Lacy, 2007).
Fairburn dan hill (2005) menyebutkan penderita anoreksia umumnya akan mengalami ammenorhea. Menurut jurnal yang di keluarkan oleh national intitute of mental health (NIMH) pada tahun 2007 para penderita anoreksia nevrosa memiliki angka kematian sepuluh kali lipat lebih hingga dibandingkan mereka yang tidak memiliki kelainan ini.
Pada penderita bumilia nevrosa masalah kesehatan yang biasa muncul adalah dehidrasi, karies gigi, renal calculi, metabolisme asam dan perdarahan esophagus (McIntire&/lacy, 2007). Karies gigi terjadi pada penderita bulima nervosa di sebabkan oleh asam lambung yang keluar dari mulut sebagai akibat dari pemuntahan makanan (Deborah, 2001).
Penyimpangan perilaku makan telah muncul menjadi salah satu penyakit kronis. Prevalensi seumur hidup dari anoreksia dan bulimia pada wanita sekitar 0,5% - 3,7% dan 1,1% - 4,2% (Power PS, 2003). Sebuah artikel di NIMH sebuah penelitian yang melibatkan 2.980 orang dewasa kemudian di beri pertanyaan mengenai penyimpangan perilaku makan, didapatkan 0,9% wanita dan 0,3% laki-laki melaporkan dirinya pernah mengalami anoreksia, didapatkan juga 1,5% wanita dan 0,5% laki-laki pernah mengalami bulimia (Hudson, 2007).
Di indonesia sendiri masih belum banyak dilakukan penelitian dan publikasi yang melaporkan tentang penyimpangan perilaku makan. Sebuah penelitian dikalangan remaja yang telah dilakukan oleh Titianti (2007) membuktikan 34,8% remaja di jakarta mengalami penyimpangan perilaku makan dengan spesifikasi 11,6% menderita anoreksia nervosa dan 27% menderita bulimia nervosa. Sebuah penelitian lagi yang dilakukan oleh Putra (2008) pada siswi SMAN 70 Jakarta Selatan diketahui 88,5% responden memiliki kecenderungan penyimpangan perilaku makan dengan distribusi type kecenderungan penyimpangan 11,8% cenderung pada anoreksia nevrosa, 23,3% cenderung pada bulimia nevrosa.
Dilihat dari temuan sebelumnya terlihat bahwa kasus penyimpangan perilaku makan dikalangan remaja harus diperhatikan. Karena minimnya peneliti yang terkait dengan kasus tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti besarnya kasus penyimpangan perilaku makan pada remaja terutama kalangan mahasiswa di Depok. Seperti yang telah dilakukan Putra (2008), peneliti hanya mengambil kasus yang berupa kecenderungan penyimpangan perilaku makan. Hal ini dilakukan untuk memperbesar kemungkinan mendapatkan kasus.

1.2  Tujuan Pembelajaran
·         Agar mengetahui apa itu Anoreksia
·         bagaimana penyebabnya
·         dan seperti apa gejalanya.


BAB II
PEMBAHASAN
Anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Pencitraan diri pada penderita AN dipengaruhi oleh bias kognitif (pola penyimpangan dalam menilai suatu situasi) dan memengaruhi cara seseorang dalam berpikir serta mengevaluasi tubuh dan makanannya. AN merupakan sebuah penyakit kompleks yang melibatkan komponen psikologikal, sosiologikal, dan fisiologikal, pada penderitanya ditemukan peningkatan rasio enzim hati dan GGT, hingga disfungsi hati akut pada tingkat lanjut. Seseorang yang menderita AN disebut sebagai  anoreksik  atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan nafsu makan. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu. Penderita anorexia sangat takut mengalami kenaikan berat badan dan akan melakukan langkah-langkah ekstrim untuk menurunkan berat badan termasuk mengambil obat pencahar, menolak makan, hingga berolahraga berlebihan.
Gejala anorexia meliputi: menolak makan, periode menstruasi tidak teratur, kecemasan terhadap berat badan, kulit pucat, dan sesak napas. Beberapa risiko medis yang terkait dengan anorexia termasuk osteoporosis, kekurangan mineral dan vitamin, denyut jantung tidak teratur, dan pertumbuhan terhambat. Jika tidak diobati, anorexia bisa berakibat fatal. Kebanyakan penderita anorexia meninggal karena gagal jantung.
·         Berikut adalah dua penyebab anorexia nervosa.
1. Penyebab Genetik
Kebanyakan ahli medis setuju bahwa tidak ada satu penyebab tunggal anorexia.
Anorexia terjadi akibat perpaduan dari faktor genetik, psikologis, dan lingkungan.
Studi pada anak kembar dengan DNA identik menunjukkan bahwa seseorang memiliki peluang hingga 50% terkena anorexia jika memiliki anggota keluarga yang merupakan penderita anorexia.
Jadi, jika salah satu kembar menderita anorexia, ada kemungkinan 50% saudara kembarnya juga akan mengalami anorexia.
Penelitian menunjukkan bahwa komposisi genetik tertentu memiliki efek pada pola makan.
Studi lain menunjukkan bahwa serotonin memiliki efek pada perkembangan anorexia.
Ketidakseimbangan jumlah serotonin di otak terbukti menyebabkan beberapa gangguan termasuk depresi klinis, kecemasan, dan anorexia.
2. Penyebab Lingkungan
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa faktor sosial dan lingkungan memiliki kontribusi terhadap terjadinya anorexia.
Tekanan sosial dari media yang sering menggambarkan aktris berbadan sangat langsing turut berkontribusi terhadap terjadinya penyakit ini.
Aktris, musisi, dan model langsing bahkan cenderung kurus memicu ilusi perihal berat badan ideal.
·         Berikut adalah faktor risiko anoreksia.
1. Sejarah keluarga.
Faktor genetik turut berkontribusi pada anoreksia. Ini berarti orang tua yang memiliki anoreksia kemungkinan akan menurunkannya pada anak-anaknya.
2. Teman sebaya.
Teman sebaya turut berkontribusi terhadap terjadinya anoreksia. Tidak hanya teman sebaya, keluarga dekat maupun orang tua dapat pula memberikan kontribusi.
3. Kepribadian.
Lekas marah, citra diri yang rendah, perfeksionisme, dan sifat obsesif adalah beberapa kepribadian yang sering ditemukan pada penderita anoreksia.
4. Kemampuan menyesuaikan diri.
Orang yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dalam hidup atau yang sering mengalami gangguan emosional berpotensi lebih besar menderita anoreksia.
Selain itu, orang yang pernah dilecehkan secara seksual atau fisik memiliki kemungkinan lebih besar mengalami anoreksia.
5. Konflik hubungan.
Banyak penderita anoreksia memiliki latar belakang hubungan yang tidak harmonis seperti perceraian dan konflik keluarga. Hal ini akan memicu masalah emosional yang rentan terhadap anoreksia.
6. Usia remaja.
Masa remaja merupakan usia paling rentan seseorang mengalami anoreksia.
Tekanan teman sebaya, perubahan bentuk tubuh yang pesat, serta faktor kelabilan emosional membuat remaja lebih berisiko menderita anoreksia.
7. Kondisi kesehatan lain.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), depresi, kecemasan, dan kecanduan semua bisa membuka jalan bagi anoreksia.

Patofisiologi
Selera makan dikontrol oleh “pusat lapar” atau “pusat makan” di nuklei
hipotalamus lateral (LHN), dihambat oleh “pusat kenyang” yang berlokasi di
nuklei ventromedial (VMN) hipotalamus. Mediator kimia yang dihasilkan oleh
rangsangan vagal atau simpatetik pada reseptor perifer dan pusat memberikan
masukan pada LHN dan VMN yang akan merubah selera makan. Rangsangan
pada LHN secara langsung akan memicu perangsangan psikik untuk mencari
dan menelan pakan dan menyebabkan hewan makan dengan lahap.
Sedangkan rangsangan pada VMN menyebabkan hewan merasa kenyang,
bahkan dalam keadaan ada rangsangan yang secara normal menimbulkan
lapar. Pusat kenyang dipercaya menghambat pusat lapar. Lesi neuronal yang
merusak VMN menyebabkan hewan tidak tertarik terhadap pakan dan
mengakibatkan hilang berat (weight loss) secara progresif.

·         Berikut adalah tanda dan gejala fisik anoreksia
1. Waspadai pakaian longgar atau yang melebihi ukuran.
Banyak penderita anoreksia menyembunyikan tanda-tanda fisik dengan cara menutupi tubuh mereka dengan pakaian longgar.
2. Perhatikan setiap penurunan berat badan yang dramatis.
Banyak orang mengalami fluktuasi berat badan, tetapi penderita anoreksia umumnya mengalami perubahan drastis dan mendadak dalam berat badan mereka.
3. Memantau kebiasaan diet.
Penderita anoreksia cenderung memilih makanan rendah kalori atau bebas lemak dan sering melewatkan waktu makan.
4. Perubahan siklus menstruasi dan seksual.
Perempuan yang mengalami anoreksia mungkin akan terlambat tiga kali atau lebih dalam siklus menstruasi.
Sedang laki-laki yang menderita anoreksia mungkin mengalami penurunan dorongan seksual.
5. Olahraga berlebihan.
Salah satu tanda anoreksia adalah melakukan olahraga pada porsi ekstrim tanpa disertai asupan kalori yang memadai. Mereka berharap dengan olahraga keras berat badan ‘ideal’ akan segera dapat dicapai.
6. Periksa tanda-tanda fisik.
Kulit kuning, kuku kering, rambut rontok, dan memar adalah beberapa dari tanda-tanda fisik anoreksia
Terdapat beberapa langkah yang bisa Anda coba untuk mencegah anorexia pada remaja.
1. Mulai langkah mencegah anorexia ketika anak masih berusia dini.
Ajarkan anak-anak untuk menilai tubuh secara positif, terutama pada anak perempuan yang lebih rentan mengalami anorexia.
Ajari anak bahwa makan dan olahraga penting untuk kesehatan, bukan untuk memiliki tubuh “sempurna”.
Jangan meminta anak melakukan diet, kecuali anak tersebut mengalami kelebihan berat badan yang signifikan.
2. Perhatikan anak remaja Anda.
Sementara bisa menyerang siapa saja, anorexia lebih umum terjadi pada gadis tipe perfeksionis.
Dengarkan anak Anda jika mereka mulai mengklaim dirinya gemuk, padahal kenyataannya tidak demikian.v
Untuk membantu mencegah anorexia, pastikan anak mengkonsumsi makanan yang cukup serta tidak melakukan olahraga pada tingkat ekstrim.
3. Buka komunikasi dengan anak.
Buka komunikasi dengan anak serta hindari sikap menghakimi sehingga anak leluasa membicarakan ketakutan dan kecemasannya.
Anak-anak yang memiliki komunikasi terbuka dengan orang tua memiliki risiko lebih kecil menderita anorexia.
4. Berkomentar positif terhadap bentuk tubuh seseorang.
Perhatikan bagaimana Anda menggambarkan atau berkomentar terhadap tubuh orang lain.
Mengomentari bentuk atau ukuran tubuh orang lain terutama dengan nada menghina akan menyebabkan anak-anak takut orang lain akan berkomentar yang sama terhadap tubuhnya.
Mereka tidak ingin orang-orang berbicara tentang mereka seperti Anda berbicara tentang orang lain.
5. Jangan berkomentar negatif tentang tubuh orang lain meskipun hanya dalam nada berkelakar.



BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Anoreksia nervosa (AN) adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang.
Seseorang yang menderita AN disebut sebagai  anoreksik  atau (lebih tidak umum) anorektik. Istilah ini sering kali namun tidak benar disingkat menjadi anorexia, yang berarti gejala medis kehilangan nafsu makan. Anorektik dapat juga menunjuk ke obat penahan nafsu.
Gejala anorexia meliputi: menolak makan, periode menstruasi tidak teratur, kecemasan terhadap berat badan, kulit pucat, dan sesak napas.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar