Senin, 19 Januari 2015

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA BBL & IBU NIFAS



MAKALAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
(ASPEK BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR DAN IBU NIFAS)




DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1.      FAJAR NUR OKTAVIANINGTIAS
2.      FARIQOTUL FITRIYAH
3.      FATIMATUS ZAHRO
4.      FITRIA ROCHMAWATI
5.      HIMAYATUL HUSNAH
6.      ISNI RIFKA ARDIKA
7.      KIKI SAKILAWATI
8.      LILIS SURYANI




AKADEMI KEBIDANAN
NGUDIA HUSADA MADURA
2014 – 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT . atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini , sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda kita Nabi besar Muhammad saw yang telah membawa umat-Nya dari zaman jahiliah menuju zaman islamiah.

Ucapan terima kasih pun tak lupa kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga hasil wawancara yang berbentuk makalah ini dapat memberi manfaat sebagai tambahan ilmu bagi yang membutuhkannnya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari standar kesempurnaan. Oleh karena itu kami membutuhkan saran dan masukan dari pembaca demi kebaikan makalah selanjutnya.
















BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Mitos-mitos yang lahir di masyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat ibu nifas dan bayi baru lahir.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan di suatu daerah telah mendarah daging dan menjadi suatu ritual yang harus dilakukan. Oleh karena itu di sinilah tugas dan peran bidan untuk mengarahkan masyarakat menjadi manusia yang mengerti tentang kebudayaan tanpa menganggu kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1.       Aspek budaya pada bayi baru lahir di berbagai daerah

1. Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Makassar adalah sbb :

· Hidung ditarik-tarik agar mancung.
Tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan.
Pemakaian gurita agar tidak kembung.

· Bayi bernapas dengan otot-otot pada perutnya. Jadi, memasangkan gurita justru manghambat pernapasannya. Perutnya yang kembung sudah bentuk alamiah.
Jika memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang terutama di bagian dada agar jantung dan paru-parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak kencang.

· Menggunting bulu mata agar lentik.
Bulu mata berfungsi melindungi mata dari gangguan benda-benda asing. Jika dipotong, fungsinya tidak lagi dapat bekerja secara optimal. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.

2. Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Barru adalah sbb :

· Setelah ibu melahirkan ari-ari bayi tersebut digunting untuk dipisahkan dengan ibunya, kemudian segera dicuci bersih agar tidak berbau. Selanjutnya ari-ari tersebut disucikan lalu disimpan di tempat-tempat plastik lalu ditaburi abui dapur,garam, dan kunyit agar menghilankan bau lalu ditutup rapat dan dibungkus kain kafan dan diletakkan di atas talang dan selanjutnya dikubur bersama kelapa yang bertunas. Dan 7 hari setelah bayi dilahirkan harus segera dihakikah.
3. Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Bulu Kumba adalah sbb :

· Pada waktu lahir biasanya disuapi potongan tali pusar dimulut bayi supaya dia tidak sombong ketika besar. Ari-ari dibersihkan (diberikan garam,)dimasukkan kekaleng atau panci terbuat dari tanah, bungkus daun pisang dan diikat dengan benang kemudian ditanam dibawah pohon kelapa supaya ilmunya tinggi seperti pohon kelapa, kalau malam dikasih lilin (7 hari supayah diterangi dalam hidup) tujuh hari hakikah digunting rambut ,ubun-ubunnya diberikan obat paccompo buhun terbuat dari beras supaya bayi itu panjang umur dan muda rejeki.

4. Aspek kebudayaan pada bayi baru lahir di daerah pangkep yaitu sbb :

· Ari-ari (plasenta) bayi atau yang biasa disebut lolonna ana’loloe dianggap sebagai kembaran si bayi. Jadi ari-ari bayi tersebut sebelum dikuburkan harus dicuci bersih terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kain putih lalu dimasukkan kedalam toples atau guci kecil yang terbuat dari tanah. Apabila tidak demikian konon katanya roh dari ari-ari ini akan selalu mengganggu si bayi sehingga bayi tersebut selalu menangis (rewel). Dan sebelum ari-ari tersebut dikuburkan, biasanya dipersembahkan sesajen sebagai pengantarnya, dan katanya supaya roh ari-ari tersebut senang. Maksud dan tujuan dari penguburan ari-ari yang sakral ini supaya kelak si bayi tumbuh menjadi pribadi yang baik. Dan biasanya pada tempat dimana ari-ari tersebut dikuburkan ditanamkan kelapa bertunas diatasnya sebagai penanda.Aspek budaya lain pada bayi yang baru lahir yaitu seoarang bayi tidak boleh dbuat kaget, karena ia sangat sensitif dan katanya mudah melihat mahluk halus yang akan mengusiknya sehingga akan rewel.

5. Aspek kebudayaan pada bayi baru lahir di daerah Gowa :

· Setelah ibu melahirkan segera diletakkan belut diatas tubuh bayi, supaya tidak penyakitan, ubun-ubunnya tidak boleh dipegang karena bayinya akan mudah menangis karena merasa dirinya mau dibunuh (dicelakai). Selain itu pada bayi baru lahir hidungnya ditarik supaya mancung, bayi baru lahir tidak boleh dibawa keluar rumah jika umurnya belum cukup 1 bulan karena rentan terkena penyakit dan mudah diganggu makhluk halus.

6. Aspek kebudayaan pada bayi baru lahir di daerah Soppeng adalah sbb :

· Setelah bayi lahir dukun segera memotong ari-ari bayi dan membasuhi pusar bayi dengan arang yang berasal dari tempurung kelapa yang telah dibakar. Ini dilakukan agar tali pusar bayi yang telah di potong tadi cepat mengering dan tali pusar yang masih tersisa di pusar bayi cepat lepas. Kemudian ari-ari bayi dicuci bersih,diberikan garam dapur dan asam secukupnya. Selanjutnya dimasukkan di dalam panci yang terbuat dari tanah liat. Panci ini dibungkus dengan kain kafan sebelum dikubur di dalam tanah bersamaan dengan kelapa yang memiliki pucuk. Ini dilakukan agar ari-ari bayi lebih dihargai keberadaanya, karena menurut mitos ari-ari adalah kembaran si bayi. Maka ari-ari bayi dicuci agar tetap suci meski telah berada jauh dengan kembarannya.

7. Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Bone adalah sbb :

· Setelah ari-ari bayi terlepas dengan bayi yang baru saja dilahirkan, segeralah ari-ari itu dicuci bersih. Kemudian ari-ari bayi dibungkus dengan daun pisang dan ditanam bersama tunas kelapa, ini dilakukan supaya ari-ari tidak diganggu oleh makhluk halus dan tunas kelapa merupakan tolak ukur pertumbuhannya dari bayi hingga dewasa. Menurut kepercayaan jika kelapa tidak tumbuh maka bayipun tidak berkembang dengan baik atau bahkan meninggal.

8. Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Sinjai adalah sbb :

· Ari-ari bayi dicuci bersih, kemudian disimpan di dalam kaleng dan dikubur bersama tunas kelapa, menurut mitos ini dilakukan agar bayi tidak diganggu makhluk halus.




9. Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Camba :

· Ari-ari bayi segera dikubur di dalam tanah tanpa dicuci terlebih dahulu dan di atasnya diletakkan batu dan ditancapkan dengan kayu supaya tidak dilangkahi. Karena ketika dilangkahi bayi akan sakit atau mudah diganggu makhluk halus. Dan bayi harus segera dihakikah satu hari setelah dilahirkan

Pemberian Sebuah Nama Pada Bayi
Nama merupakan identitas, entah bagi makhluk hidup maupun makhluk tidak hidup. Ada pepatah yang mengatakan apalah arti sebuah nama. Namun hal tersebut nampaknya tidak berlaku di Indonesia. Sesuai dengan budaya di Indonesia, pemberian nama kepada anak tidak dilakukan secara asal, tetapi dengan suatu pemikiran yang memiiki filosofi. Dengan pemikiran itulah maka dalam memberikan nama kepada anak, orangtua pasti berpikir untuk memberikan nama yang terbaik untuk anak mereka.

Dengan keanekaragaman budaya, religi, wilayah,dan bahasa yang ada, menyebabkan penciptaan nama yang berbeda pada tiap individu. Tetapi tidak menutup kemungkinan terdapat nama yang sama pada suatu unsur nama pada orang yang berbeda..

Setiap orangtua memiliki cara yang berbeda dalam memberi nama kepada anak mereka. Tidak mengherankan jika nama seseorang memiliki karakteristik , karena dalam nama seseorang bisa saja terkandung memori, harapan, dan fakta yang berbeda pada tiap individu.

Karakteristik nama bisa dibedakan menjadi tiga aspek, antara lain memori, harapan, dan fakta. Aspek memori berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Aspek harapan berkaitan dengan doa yang terkandung dalam nama itu. Aspek fakta berkaitan dengan realitas yang ada pada anak yang diberi nama.

Pada aspek pertama, pemberian sebuah nama dari segi memori. Memori pada sebuah nama berkaitan dengan misalnya tanggal-bulan-tahun kelahiran, nama keturunan, nama gabungan kedua orangtua, serta memori akan budaya yang berhubungan dengan bahasa. Ada beberapa alasan mengapa memori menjadi karakteristik sebuah nama. Pertama, pemberian nama ini biasanya tidak lepas dari peristiwa atau kenangan ketika anak dilahirkan. Kedua, hal lain yang menjadi alasan pemberian nama sebagai memori yaitu kebahagiaan orangtua tentang kelahiran anak mereka sehingga mereka menyelipkan nama gabungan mereka di dalam nama anak mereka. Ketiga, memori untuk menghargai bahasa yang sudah jarang digunakan misalnya bahasa jawa kuno atau bahasa sansekerta, Keempat, memori karena nama yang dimintakan, contohnya dalam hal ini adalah kakek yang ingin cucunya diberi nama sesuai keinginannya.

Pada aspek kedua yaitu harapan. Ketika orangtua memberi nama kepada anak, sudah tentu terdapat doa dan harapan dalam nama tersebut. Orangtua berharap anak dapat memiliki kepribadian yang baik serta nasib bagus sesuai dengan namanya. Meskipun karakteristik anak tidak tergantung dari nama yang dimiliki, tetapi paling tidak, dengan anak mengetahui arti namanya. Sehingga anak bisa mengerti mengenai harapan orangtua kepada dirinya dan anak terpacu untuk bertindak secara lebih baik sesuai harapan orang tua yang secara implisit terdapat dalam nama.

Aspek ketiga dalam pemberian nama adalah fakta. Fakta yaitu realitas yang terjadi. Hal ini bisa menjadi semacam deskripsi atau penggambaran anak. Bisa saja nama berdasarkan fakta hanya sebuah panggilan saja, maksudnya yaitu bukan bagian dari nama itu.

Dalam pemberian sebuah nama banyak aspek yang perlu dipertimbangkan. Diantaranya yaitu aspek memori, aspek harapan, dan fakta. Sebuah nama bisa menggambarkan perpaduan unsur Budaya. Misalnya dengan mayoritas penduduk Indonesia yang Islam, banyak masyarakat yang memasukkan unsur Bahasa Arab kepada anak mereka. Selain itu tentang banyak pula penggunaan Bahasa Jawa Kuno sebagai sebuah nama. Dari segi harapan, meskipun arti sebuah nama tidak bisa menjadi karakter seseorang, paling tidak nama tersebut bisa menjadi sebuah doa untuk menjadi lebih baik. Dari segi fakta, tidak ada salahnya jika dalam memberikan nama sesuai dengan deskripsi atau penggambaran anak.

Pemotongan Tali Pusat

Tali pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama beberapa menit pertama setelah kelahiran. Pemisahan bayi dari placenta dilakukan dengan cara menjepit tali pusat diantara dua klem, dengan jarak sekitar 8-10 cm dari umbilikus. Kassa steril yang dilingkarkan ke tali pusat saat memotongnya menghindari tumpahan darah ke daerah persalinan. Tali pusat tidak boleh dipotong sebelum memastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik. Kegagalan tindakan tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran darah berlebih dari bayi. Cara perawatan tali pusat dan puntung tali pusat pada masa segera setelah persalinan berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial, budaya, dan geografis. Waktu optimal untuk penjepitan tali pusat setelah persalinan masih belum jelas. Beberapa pusat persalinan menganjurkan menunda pemotongan tali pusat hingga pernapasan bayi stabil dan pulsasi berhenti hingga memastikan bahwa janin telah mendapatkan transfusi placenta sebanyak 70 ml darah.akan tetapi pendapat ini dibantah oleh para ahli yang berpendapat bahwa transfusi placenta yang didapat dengan cara demikian dapat mengakibatkan ikterus pada neonatus. Hal yang disepakati bersama bahwa bayi aterm dapat diletakkan diatas perut ibu, tetapi tidak terlalu tinggi dan bayi prematur dapat diletakkan setinggi placenta. Hal ini disebabkan jika bayi prematur diangkat melebihi tingi placenta dapat menyebabkan anemia, dan jika bayi diposisikan lebih rendah dari placenta dapat mengakibatkan bayi menerima transfusi darah (Pusdiknakes, 2003).

Langkah-langkah dalam menjaga kebersihan pada saat memotong tali pusat menurut Pusdiknakes (2003):
a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta mengenakan sarung tangan sebelum menolong persalinan
b. Pastikan bahwa sarung tangan masih bersih. Ganti sarung tangan bila ternyata sudah kotor
c. Letakkan bayi yang telah dibungkus tersebut diatas permukaan yang bersih dan hangat
d. memotong tali pusat dengan pisau silet, pisau atau gunting yang steril atau telah didesinfeksi tingkat tinggi
e. pakailah hanya alat dan bahan yang steril
f. jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat
g. hindari pembungkusan tali pusat

2.2.       Kebudayaan masa nifas pada kebudayaan jawa bali
a. Pengertian
1.      menurut pusdikes
masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
2.      Abdul Bari (2000)
Masa nbifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
3.      Gary cunningham,Mac Donald (1995)
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
b. Kebutuhan masa nifas
1.   Fisik
Dalam masa nifas, alat – alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur – angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan fisik pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan/health education seperti personal hygiene, lingkungan yang bersih, istirahat dan tidur.
·         Kebersihan diri atau personal hygiene
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2x sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptil (PK/Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.
·         Pakaian
Sebaiknya pakaian tersebut terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk menhilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar didaerah dada sehingga peyudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
·         Kebersihan rambut
Setelah bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebuh tipis dibandingkan keadaan normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
·         Kebersihan kulit
Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dan biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
·         Kebersihan vulva dan sekitarnya
Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan vulva setiap kali buang air kecil atau besar. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau mengganti kain pembalut dua kali sehari.


·         Psikologi
Berbagai faktor yang berhubungan dengan ibu hamil yaitu : dukungan kepada ibu hamil dan nifas, dukungan dari tenaga kesehatan (nakes), menciptakan rasa aman dan nyaman selama hamil dan nifas, persiapan menjadi orangtua, mempersiapkan saudara (sibling). Menerima dan memahami janin dalam kandungan/BBL.

2.3.       Tradisi Msyarakat Jawa pada Masa Nifas
suku jawa yang memiliki aneka perawatan selama masa post partum (nifas). Namun, tidak semua perawatan yang dilakukan oleh masyarakat suku jawa tersebut dapat diterima bila ditinjau dari aspek medis karena ada dampak yang baik dan tidak baiknya bagi ibu nifas. Oleh sebab itu, informasi tentang perawatan masa nifas pada suku jawa merupakan salah satu aspek penting diketahui para pelayan kesehatan untuk lebih memudahkan memberikan pendekatan pelayanan kesehatan.
  1. Perawatan ari-ari
Ari – ari atau plasenta disebut juga dengan aruman atau embing-embing atau mbingmbing. Bagi orang jawa, ada kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu ari-ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya :
·         Tempat ari-ari dikuburkan diletakkan lampu sebagai penerangan.
Artinya, lampu tersebut merupakan simbol penerangan bagi bayi yang dimaksudkan agar kehidupan bayi nanti akan terang juga bila diterangi oleh sinar lampu.
Dampak positif            : agar binatang tidak berani mendekat dan memakan ari-ari tersebut
Dampak negatif           : tidak ada
·         Ari – ari bayi dibungkus bersama buku, bunga setaman (bunga mawar, melati, dan kenanga).
Di atasnya dsb ditujukan agar mendo’akan si bayi dalam jalan hidupnya nanti terang dan kehidupannyapun baik.
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : tidak ada
·         Pemagaran di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar juga dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu dan juga kepercayaan kepada makhluk mistis yang dikhawatirkan akan memakan ari-ari itu bila tidak dipagari.
Dampak positif     : agar ari – ari tidak dibongkar dan dimakan oleh binatang
Dampak negatif    : tidak ada
  1. Perawatan ibu
Banyak tradisi adat jawa yang memiliki pantangan-pantangan yang ditujukan terhadap ibu nifas padahal, banyak juga yang berdampak negatif dan merugikan bila ditinjau dari aspek kesehatan diantaranya yang berdampak begatif dan positif yaitu :
·         Masa nifas dilarang makan telur, ikan dan sebagainya yang berbau amis karena kepercayaan mereka mengatakan bahwa lukanya akan lama sembuh bila mereka memakan itu.
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.
·         Setelah melahirkan ibu hanya boleh makan dengan bumbu hanya garam tanpa bumbu.
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : tidak ada
·         Masa nifas dilarang tidur siang
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi.
·         Masa nifas / saat menyusui setelah waktunya maghrib harus puasa tidak makan makanan yang padat.
Dampak positif     : hal ini dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak, disamping itu organ – organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
Dampak negatif    : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadi berkurang.
·         Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0 – 7 hari dan 8 – 30 hari dan ibu juga butuh sinar matahari.
·         Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat / diurut, diberi pilis/lerongan dan tapel
Dampak positif     : jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadi lancar.
Dampak negatif    : pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan. Pilis dan taoel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.
·         Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim.
Dampak positif     : dari sisi medis, sanggama memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan menhambat proses penyembuhn jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.
Dampak negatif    : tidak ada
  1. Perawatan pada bayi
·         Pada dahi bayi diberikan ujung tali bendungan yang telah digigit yang bertujuan untuk penghilang cegukan.
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : tidak ada
·         Pada dahi bayi juga diletakan olesan hitam dari pantat kuali yang bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan cegukan serta sering diberikan pada menjelang sore hari agar bayi terhindar dari gangguan makhluk mistis.
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : bila kulit bayi sensitive dapat menyebabkan iritasi karena pantat kuali/wajan itu bersifat kasar dan mengandung zat kimia karbon
·         Jika bayi sering menangis dan diduga dignggu oleh makhluk mitos, didahi bayi diberikan kunyit (parutan kunyitnya).
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : tidak ada
·         Sebelum tali pusar lepas atau tercopot maka bayi pun dilarang untuk keluar dari rumah dikarenakan takut akan gangguan dari makhluk mitos.
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : bayi membutuhkan sinar matahari yang baik untuk perkembangannya dan merugikan bila bayi hanya di dalam rumah saja dan tidak mendapatkan vitamin D
·         Dibawah kasur bayi diletakkan dun putri malu dan 7 batang lidi kelpa hijau yang betujuan agar si bayi tidak mudah terkejut atau kagetan.
Dampak positif     : tidak ada
Dampak negatif    : tidak ada

2.4.       kebudayan bali pada saat ibu nifas
Ada beberapa upacara adat bali yang diperuntukkan untuk bayi adat bali. Semua upacara adat bali yang dilkukan pada manusia, upacara adat bali umumnya dikaitkan dengan upacara agama hindu yang merupakan agama mayoritas dibali. Oleh sebab itu, upacara adat sekaligus menjadi upacara memuja tuhan, bersifat suci dan sakral. Salah satunya adalah upacara megedong-gedongan yang dilakukan saat bayi masih dalam kandungan usia 7 bulan. Upacara adat bali ini biasanya dilakukan pada saat bulan purnama, erat dengan agama hindu, upcara ini dilkukan dengan tujuan yang suci dan berdoa untuk kebaikan sang bayi. Pada upacara megedong-gedongan ini biasanya dilakukan pada saat bulan purnama. Erat dengan agama hindu, upacara ini dilkukan dengan tujuan yang suci dan berdoa untuk kebaikan sang bayi. Pada upacara megedong-gedongan ini, calon dan ibu akan diberikan nasihat untuk kelancaran kehamilan hingga melahirkan.
Upacara Tutug Kambuhan juga merupakan upacara untuk sang bayi adat bali. Upacara ini dilakukan setelah bayi beruia 42hari sehingga sering disebut upacara 42hari. Tutug Kambuhan dilakukan masing-masing disetiap rumah bayi dan tidak dilakukan secara masal. Tutug Kambuhan bertujuan untuk mengucapkan syukur kepada tuhan atas kelalaiannya. Upacara ini sekaligus juga bertujuan untuk menyucikan sang bayi dan ibunya dari segala kotoran dan noda sehingga kemudian sang ibu boleh memasuki tempat-tempat yang suci.
Bayi adat bali yang berusia 3 bulan juga dianjurkan untuk melakukan upacara Nyambutin sesuai namanya, upacara ini memang untuk menyambut kedatangan sang bayi ke dunia. Upacara Nyambutin juga bertujuan untuk meminta kepada Tuhan agar sang bayi diberkati dan diijinkan menginjak bumi. Pada upacara ini, diberikanlah nama – nama bayi. Penegasan nama-nama bayi sekaligus merupakan bentuk sambutan kepada sang bayi yang telah menjadi manusia sempurna.
Upacara adat bali lainnya adalah upacara Otonan. Upacar ini dilakukan ketika bayi telah berusia 210hari. Tujuannya adalah untuk menebus atau menghilangkan segala kesalahan yang mungkin dibawa oleh bayi pda hidupnya terdahulu. Selain itu, juga memohon kepada Tuhan agar memberikan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan kepada sang bayi. Pada upacara Otonan ini, bayi adat bali untuk pertama kalinya akan menginjakkan kaki ke tanah.
  1. Perawatan terhadap ari-ari
·         Ari-ari disambut suami lalu suamilah yang membungkus ari-ari dengan kain putih. Ari-ari dibungkus dengan kain putih (yang artinya berharap bayi itu melakukan perbuatan suci setelah renkarnasinya)
Dampak positive : ayah dari bayi dapat dekat dengan bayi secara batin juga ikut merasakan apa yang dirasakan oleh ibu
Dampak negative : tidak ada
·         Ari-ari tersebut kemudian di masukkan kedalam kendil atau batok kelapa yang paling besar. Dibatok kelapa bagian atas itu diberi tulisan ongkara dan yang bawah ahkara bungan-bunga dan kelengkapan lainnya hanyalah syarat untuk sesajen. Saat dikubur dibacakan mantra-mantra yang bertujuan untuk mendoakan bayi.
Dampak positive : tidak ada
Dampak negative : tidak ada
·         Kemudian dikubur dipendam di samping rumah dengan ketentuan disebelah kanan pintu itu ari-ari bayi laki-laki, dan sebelah kiri pintu itu adalah bayi perempuan dapat juga setelah ari-ari dibungkus dibuang kelaut.
Dampak positive : tidak ada
Dampak negative : tidak ada
  1. Perawatan Pada Ibu
·         Tidak boleh kedapur
Dikarenakan ibu masih dalam kondisi kotor dan haruslah menjalani upacara 42hari lahirnya bayi barulah boleh ibunya kedapur, selama itu yang kedapur dan menyiapkan semuanya adalah suaminya boleh juga digantikna kerabatnya.
Dampak positif : baik untuk kondisi ibu nifas yang membutuhkan banyak istirahat dan memang tidak diperbolehkan untuk beraktivitas yang berat
Dampak negatif : tidak ada
·         Tidak boleh masuk ketempat peribadahan atau ke purenya karena ibu masih dalam keadaan kotor. Setelah puser bayi lepas, ibu diberi makanan-makanan daging, ikan, daging babi dan sebagainya bertujuan agar si bayi nanti tahan terhadap alergi bila ia memakannya nanti.
Dampak positive : tidak ada
Dampak negative : tidak ada
  1. Perawatan Pada Bayi
·         Saat bayi lahir ayah si bayi dianjurkan menggendong dan membisikkan mantra-mantra ke dekat telingan bayi dan mantra itu bertujuan untuk memberikan doa-doa pada bayi.
Dampak positive : tidak ada
Dampak negative : tidak ada
·         Setelah tali pusar lepas itu ada upacara lagi yang namanya ngelepas aon. Setelah bayi umur 12hari namanya ngelepas lemeng
Dampak positive : orang tua bayi mensyukuri anak yang diberikan tuhan YME
Dampak negative : tidak ada
·         Upacara 3bulanan atau nyambutin upacara ini bertujuan agar siwatma(jiwa) si bayi benar-benar berada pada raganya disamping pembersihan dan penegasan nama bayi.
Dampak positive : tidak ada
Dampak negative : tidak ada



























PENUTUP
KESIMPULAN

Dalam menghadapi mitos-mitos yang telah berkembang di masyarakat, kita harus mengadakan adanya suatu promosi kesehatan, salah satunya berupa penyuluhan. Bidan berperan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh masyarakat terkhusus bagi para ibu nifas agar dapat memberikan yang terbaik untuk sang bayi.

Materi penyuluhan ialah yang berkaitan dengan mitos-mitos yang merugikan sedangkan kita memberikan bimbingan pada masyarakat tentang mitos baik yang tetap diyakini agar tak ada kesalahpahaman dalam mengartikan mitos yang ada. Karena kebudayaan antara suatu daerah dengan daerah lainnya berbeda-beda.