MAKALAH
ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR
(ASPEK
BUDAYA PADA BAYI BARU LAHIR DAN IBU NIFAS)
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK
II
1. FAJAR NUR OKTAVIANINGTIAS
2. FARIQOTUL FITRIYAH
3. FATIMATUS ZAHRO
4. FITRIA ROCHMAWATI
5. HIMAYATUL HUSNAH
6. ISNI RIFKA ARDIKA
7. KIKI SAKILAWATI
8. LILIS SURYANI
AKADEMI KEBIDANAN
NGUDIA HUSADA MADURA
2014 – 2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT . atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini , sholawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada baginda kita Nabi besar Muhammad saw yang telah membawa
umat-Nya dari zaman jahiliah menuju zaman islamiah.
Ucapan
terima kasih pun tak lupa kami sampaikan kepada pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Semoga
hasil wawancara yang berbentuk makalah ini dapat memberi manfaat sebagai
tambahan ilmu bagi yang membutuhkannnya.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari standar kesempurnaan. Oleh
karena itu kami membutuhkan saran dan masukan dari pembaca demi kebaikan
makalah selanjutnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mitos-mitos
yang lahir di masyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan
dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang merawat ibu nifas dan bayi baru lahir.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa kebudayaan di suatu daerah telah mendarah daging dan
menjadi suatu ritual yang harus dilakukan. Oleh karena itu di sinilah tugas dan
peran bidan untuk mengarahkan masyarakat menjadi manusia yang mengerti tentang
kebudayaan tanpa menganggu kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Aspek budaya pada bayi baru lahir di
berbagai daerah
1.
Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Makassar adalah sbb :
·
Hidung ditarik-tarik agar mancung.
Tidak
hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua tergantung
dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan.
Pemakaian
gurita agar tidak kembung.
·
Bayi bernapas dengan otot-otot pada perutnya. Jadi, memasangkan gurita justru
manghambat pernapasannya. Perutnya yang kembung sudah bentuk alamiah.
Jika
memang harus memakaikan gurita jangan mengikat terlalu kencang terutama di
bagian dada agar jantung dan paru-parunya bisa berkembang dengan baik. Dan jika
tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di pakaikan hanya di pusar dan
ikatannya pun tidak kencang.
·
Menggunting bulu mata agar lentik.
Bulu
mata berfungsi melindungi mata dari gangguan benda-benda asing. Jika dipotong,
fungsinya tidak lagi dapat bekerja secara optimal. Panjang pendeknya bulu mata
sudah menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
2.
Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Barru adalah sbb :
·
Setelah ibu melahirkan ari-ari bayi tersebut digunting untuk dipisahkan dengan
ibunya, kemudian segera dicuci bersih agar tidak berbau. Selanjutnya ari-ari
tersebut disucikan lalu disimpan di tempat-tempat plastik lalu ditaburi abui
dapur,garam, dan kunyit agar menghilankan bau lalu ditutup rapat dan dibungkus
kain kafan dan diletakkan di atas talang dan selanjutnya dikubur bersama kelapa
yang bertunas. Dan 7 hari setelah bayi dilahirkan harus segera dihakikah.
3.
Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Bulu Kumba adalah sbb :
·
Pada waktu lahir biasanya disuapi potongan tali pusar dimulut bayi supaya dia
tidak sombong ketika besar. Ari-ari dibersihkan (diberikan garam,)dimasukkan
kekaleng atau panci terbuat dari tanah, bungkus daun pisang dan diikat dengan
benang kemudian ditanam dibawah pohon kelapa supaya ilmunya tinggi seperti
pohon kelapa, kalau malam dikasih lilin (7 hari supayah diterangi dalam hidup)
tujuh hari hakikah digunting rambut ,ubun-ubunnya diberikan obat paccompo buhun
terbuat dari beras supaya bayi itu panjang umur dan muda rejeki.
4.
Aspek kebudayaan pada bayi baru lahir di daerah pangkep yaitu sbb :
·
Ari-ari (plasenta) bayi atau yang biasa disebut lolonna ana’loloe dianggap
sebagai kembaran si bayi. Jadi ari-ari bayi tersebut sebelum dikuburkan harus
dicuci bersih terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kain putih lalu
dimasukkan kedalam toples atau guci kecil yang terbuat dari tanah. Apabila
tidak demikian konon katanya roh dari ari-ari ini akan selalu mengganggu si
bayi sehingga bayi tersebut selalu menangis (rewel). Dan sebelum ari-ari
tersebut dikuburkan, biasanya dipersembahkan sesajen sebagai pengantarnya, dan
katanya supaya roh ari-ari tersebut senang. Maksud dan tujuan dari penguburan
ari-ari yang sakral ini supaya kelak si bayi tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Dan biasanya pada tempat dimana ari-ari tersebut dikuburkan ditanamkan kelapa
bertunas diatasnya sebagai penanda.Aspek budaya lain pada bayi yang baru lahir
yaitu seoarang bayi tidak boleh dbuat kaget, karena ia sangat sensitif dan
katanya mudah melihat mahluk halus yang akan mengusiknya sehingga akan rewel.
5.
Aspek kebudayaan pada bayi baru lahir di daerah Gowa :
·
Setelah ibu melahirkan segera diletakkan belut diatas tubuh bayi, supaya tidak
penyakitan, ubun-ubunnya tidak boleh dipegang karena bayinya akan mudah
menangis karena merasa dirinya mau dibunuh (dicelakai). Selain itu pada bayi
baru lahir hidungnya ditarik supaya mancung, bayi baru lahir tidak boleh dibawa
keluar rumah jika umurnya belum cukup 1 bulan karena rentan terkena penyakit
dan mudah diganggu makhluk halus.
6.
Aspek kebudayaan pada bayi baru lahir di daerah Soppeng adalah sbb :
·
Setelah bayi lahir dukun segera memotong ari-ari bayi dan membasuhi pusar bayi
dengan arang yang berasal dari tempurung kelapa yang telah dibakar. Ini
dilakukan agar tali pusar bayi yang telah di potong tadi cepat mengering dan
tali pusar yang masih tersisa di pusar bayi cepat lepas. Kemudian ari-ari bayi
dicuci bersih,diberikan garam dapur dan asam secukupnya. Selanjutnya dimasukkan
di dalam panci yang terbuat dari tanah liat. Panci ini dibungkus dengan kain
kafan sebelum dikubur di dalam tanah bersamaan dengan kelapa yang memiliki
pucuk. Ini dilakukan agar ari-ari bayi lebih dihargai keberadaanya, karena
menurut mitos ari-ari adalah kembaran si bayi. Maka ari-ari bayi dicuci agar
tetap suci meski telah berada jauh dengan kembarannya.
7.
Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Bone adalah sbb :
·
Setelah ari-ari bayi terlepas dengan bayi yang baru saja dilahirkan, segeralah
ari-ari itu dicuci bersih. Kemudian ari-ari bayi dibungkus dengan daun pisang
dan ditanam bersama tunas kelapa, ini dilakukan supaya ari-ari tidak diganggu
oleh makhluk halus dan tunas kelapa merupakan tolak ukur pertumbuhannya dari
bayi hingga dewasa. Menurut kepercayaan jika kelapa tidak tumbuh maka bayipun
tidak berkembang dengan baik atau bahkan meninggal.
8.
Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Sinjai adalah sbb :
·
Ari-ari bayi dicuci bersih, kemudian disimpan di dalam kaleng dan dikubur
bersama tunas kelapa, menurut mitos ini dilakukan agar bayi tidak diganggu
makhluk halus.
9.
Aspek budaya pada bayi baru lahir di daerah Camba :
·
Ari-ari bayi segera dikubur di dalam tanah tanpa dicuci terlebih dahulu dan di
atasnya diletakkan batu dan ditancapkan dengan kayu supaya tidak dilangkahi.
Karena ketika dilangkahi bayi akan sakit atau mudah diganggu makhluk halus. Dan
bayi harus segera dihakikah satu hari setelah dilahirkan
Nama
merupakan identitas, entah bagi makhluk hidup maupun makhluk tidak hidup. Ada
pepatah yang mengatakan apalah arti sebuah nama. Namun hal tersebut nampaknya
tidak berlaku di Indonesia. Sesuai dengan budaya di Indonesia, pemberian nama
kepada anak tidak dilakukan secara asal, tetapi dengan suatu pemikiran yang
memiiki filosofi. Dengan pemikiran itulah maka dalam memberikan nama kepada
anak, orangtua pasti berpikir untuk memberikan nama yang terbaik untuk anak
mereka.
Dengan
keanekaragaman budaya, religi, wilayah,dan bahasa yang ada, menyebabkan
penciptaan nama yang berbeda pada tiap individu. Tetapi tidak menutup
kemungkinan terdapat nama yang sama pada suatu unsur nama pada orang yang
berbeda..
Setiap
orangtua memiliki cara yang berbeda dalam memberi nama kepada anak mereka.
Tidak mengherankan jika nama seseorang memiliki karakteristik , karena dalam
nama seseorang bisa saja terkandung memori, harapan, dan fakta yang berbeda pada
tiap individu.
Karakteristik
nama bisa dibedakan menjadi tiga aspek, antara lain memori, harapan, dan fakta.
Aspek memori berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada saat itu. Aspek
harapan berkaitan dengan doa yang terkandung dalam nama itu. Aspek fakta berkaitan
dengan realitas yang ada pada anak yang diberi nama.
Pada
aspek pertama, pemberian sebuah nama dari segi memori. Memori pada sebuah nama
berkaitan dengan misalnya tanggal-bulan-tahun kelahiran, nama keturunan, nama
gabungan kedua orangtua, serta memori akan budaya yang berhubungan dengan
bahasa. Ada beberapa alasan mengapa memori menjadi karakteristik sebuah nama.
Pertama, pemberian nama ini biasanya tidak lepas dari peristiwa atau kenangan
ketika anak dilahirkan. Kedua, hal lain yang menjadi alasan pemberian nama
sebagai memori yaitu kebahagiaan orangtua tentang kelahiran anak mereka
sehingga mereka menyelipkan nama gabungan mereka di dalam nama anak mereka.
Ketiga, memori untuk menghargai bahasa yang sudah jarang digunakan misalnya
bahasa jawa kuno atau bahasa sansekerta, Keempat, memori karena nama yang
dimintakan, contohnya dalam hal ini adalah kakek yang ingin cucunya diberi nama
sesuai keinginannya.
Pada
aspek kedua yaitu harapan. Ketika orangtua memberi nama kepada anak, sudah
tentu terdapat doa dan harapan dalam nama tersebut. Orangtua berharap anak
dapat memiliki kepribadian yang baik serta nasib bagus sesuai dengan namanya.
Meskipun karakteristik anak tidak tergantung dari nama yang dimiliki, tetapi
paling tidak, dengan anak mengetahui arti namanya. Sehingga anak bisa mengerti
mengenai harapan orangtua kepada dirinya dan anak terpacu untuk bertindak
secara lebih baik sesuai harapan orang tua yang secara implisit terdapat dalam
nama.
Aspek
ketiga dalam pemberian nama adalah fakta. Fakta yaitu realitas yang terjadi.
Hal ini bisa menjadi semacam deskripsi atau penggambaran anak. Bisa saja nama
berdasarkan fakta hanya sebuah panggilan saja, maksudnya yaitu bukan bagian
dari nama itu.
Dalam
pemberian sebuah nama banyak aspek yang perlu dipertimbangkan. Diantaranya
yaitu aspek memori, aspek harapan, dan fakta. Sebuah nama bisa menggambarkan
perpaduan unsur Budaya. Misalnya dengan mayoritas penduduk Indonesia yang
Islam, banyak masyarakat yang memasukkan unsur Bahasa Arab kepada anak mereka.
Selain itu tentang banyak pula penggunaan Bahasa Jawa Kuno sebagai sebuah nama.
Dari segi harapan, meskipun arti sebuah nama tidak bisa menjadi karakter
seseorang, paling tidak nama tersebut bisa menjadi sebuah doa untuk menjadi
lebih baik. Dari segi fakta, tidak ada salahnya jika dalam memberikan nama
sesuai dengan deskripsi atau penggambaran anak.
Pemotongan
Tali Pusat
Tali
pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama beberapa menit pertama
setelah kelahiran. Pemisahan bayi dari placenta dilakukan dengan cara menjepit
tali pusat diantara dua klem, dengan jarak sekitar 8-10 cm dari umbilikus.
Kassa steril yang dilingkarkan ke tali pusat saat memotongnya menghindari
tumpahan darah ke daerah persalinan. Tali pusat tidak boleh dipotong sebelum
memastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan baik. Kegagalan tindakan
tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran darah berlebih dari bayi. Cara
perawatan tali pusat dan puntung tali pusat pada masa segera setelah persalinan
berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial, budaya, dan geografis. Waktu
optimal untuk penjepitan tali pusat setelah persalinan masih belum jelas.
Beberapa pusat persalinan menganjurkan menunda pemotongan tali pusat hingga
pernapasan bayi stabil dan pulsasi berhenti hingga memastikan bahwa janin telah
mendapatkan transfusi placenta sebanyak 70 ml darah.akan tetapi pendapat ini
dibantah oleh para ahli yang berpendapat bahwa transfusi placenta yang didapat
dengan cara demikian dapat mengakibatkan ikterus pada neonatus. Hal yang
disepakati bersama bahwa bayi aterm dapat diletakkan diatas perut ibu, tetapi
tidak terlalu tinggi dan bayi prematur dapat diletakkan setinggi placenta. Hal
ini disebabkan jika bayi prematur diangkat melebihi tingi placenta dapat
menyebabkan anemia, dan jika bayi diposisikan lebih rendah dari placenta dapat
mengakibatkan bayi menerima transfusi darah (Pusdiknakes, 2003).
Langkah-langkah
dalam menjaga kebersihan pada saat memotong tali pusat menurut Pusdiknakes
(2003):
a.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta mengenakan sarung tangan
sebelum menolong persalinan
b.
Pastikan bahwa sarung tangan masih bersih. Ganti sarung tangan bila ternyata
sudah kotor
c.
Letakkan bayi yang telah dibungkus tersebut diatas permukaan yang bersih dan
hangat
d.
memotong tali pusat dengan pisau silet, pisau atau gunting yang steril atau
telah didesinfeksi tingkat tinggi
e.
pakailah hanya alat dan bahan yang steril
f.
jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat
g.
hindari pembungkusan tali pusat
2.2.
Kebudayaan masa nifas pada
kebudayaan jawa bali
a. Pengertian
1. menurut pusdikes
masa nifas adalah masa dimulai
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
2. Abdul Bari (2000)
Masa nbifas dimulai setelah
kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.
3. Gary cunningham,Mac Donald (1995)
Masa nifas merupakan masa selama
persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.
b. Kebutuhan masa nifas
1.
Fisik
Dalam masa
nifas, alat – alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur – angsur
pulih seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu mempercepat proses penyembuhan
fisik pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan pendidikan kesehatan/health
education seperti personal hygiene, lingkungan yang bersih, istirahat dan
tidur.
·
Kebersihan
diri atau personal hygiene
Kebersihan diri ibu membantu
mengurangi sumber infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Anjurkan
ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2x
sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan dimana ibu
tinggal. Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik
dengan menggunakan antiseptil (PK/Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan
perineum dari arah depan ke belakang. Jaga kebersihan diri secara keseluruhan
untuk menghindari infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.
·
Pakaian
Sebaiknya
pakaian tersebut terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat karena
produksi keringat menjadi banyak. Produksi keringat yang tinggi berguna untuk
menhilangkan ekstra volume saat hamil. Sebaiknya, pakaian agak longgar didaerah
dada sehingga peyudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian
dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea.
·
Kebersihan rambut
Setelah
bayi lahir, ibu mungkin akan mengalami kerontokan rambut akibat gangguan
perubahan hormon sehingga keadaannya menjadi lebuh tipis dibandingkan keadaan
normal. Jumlah dan lamanya kerontokan berbeda-beda antara satu wanita dengan
wanita yang lain. Meskipun demikian, kebanyakan akan pulih setelah beberapa
bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu menggunakan sisir yang
lembut. Hindari penggunaan pengering rambut.
·
Kebersihan kulit
Setelah
persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan
kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada
wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena itu, dalam minggu-minggu pertama
setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dan
biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
·
Kebersihan
vulva dan sekitarnya
Mengajarkan ibu membersihkan daerah
kelamin dengan cara membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Bersihkan
vulva setiap kali buang air kecil atau besar. Sarankan ibu untuk mengganti
pembalut atau mengganti kain pembalut dua kali sehari.
·
Psikologi
Berbagai faktor yang berhubungan
dengan ibu hamil yaitu : dukungan kepada ibu hamil dan nifas, dukungan dari tenaga
kesehatan (nakes), menciptakan rasa aman dan nyaman selama hamil dan nifas,
persiapan menjadi orangtua, mempersiapkan saudara (sibling). Menerima dan
memahami janin dalam kandungan/BBL.
2.3. Tradisi
Msyarakat Jawa pada Masa Nifas
suku
jawa yang memiliki aneka perawatan selama masa post partum (nifas). Namun,
tidak semua perawatan yang dilakukan oleh masyarakat suku jawa tersebut dapat
diterima bila ditinjau dari aspek medis karena ada dampak yang baik dan tidak
baiknya bagi ibu nifas. Oleh sebab itu, informasi tentang perawatan masa nifas
pada suku jawa merupakan salah satu aspek penting diketahui para pelayan
kesehatan untuk lebih memudahkan memberikan pendekatan pelayanan kesehatan.
- Perawatan ari-ari
Ari – ari atau plasenta disebut juga
dengan aruman atau embing-embing atau mbingmbing. Bagi orang jawa, ada
kepercayaan bahwa ari-ari merupakan saudara bayi tersebut oleh karena itu
ari-ari dirawat dan dijaga sebaik mungkin, misalnya :
·
Tempat
ari-ari dikuburkan diletakkan lampu sebagai penerangan.
Artinya, lampu tersebut merupakan
simbol penerangan bagi bayi yang dimaksudkan agar kehidupan bayi nanti akan
terang juga bila diterangi oleh sinar lampu.
Dampak
positif : agar binatang tidak
berani mendekat dan memakan ari-ari tersebut
Dampak
negatif : tidak ada
·
Ari
– ari bayi dibungkus bersama buku, bunga setaman (bunga mawar, melati, dan
kenanga).
Di atasnya dsb ditujukan agar
mendo’akan si bayi dalam jalan hidupnya nanti terang dan kehidupannyapun baik.
Dampak positif : tidak ada
Dampak negatif : tidak ada
·
Pemagaran
di sekitar tempat penanaman ari-ari dan menutup bagian atas pagar juga
dilakukan agar tidak kehujanan dan binatang tidak masuk ke tempat itu dan juga
kepercayaan kepada makhluk mistis yang dikhawatirkan akan memakan ari-ari itu
bila tidak dipagari.
Dampak positif : agar ari – ari tidak dibongkar dan dimakan
oleh binatang
Dampak negatif : tidak ada
- Perawatan ibu
Banyak tradisi adat jawa yang
memiliki pantangan-pantangan yang ditujukan terhadap ibu nifas padahal, banyak
juga yang berdampak negatif dan merugikan bila ditinjau dari aspek kesehatan
diantaranya yang berdampak begatif dan positif yaitu :
·
Masa
nifas dilarang makan telur, ikan dan sebagainya yang berbau amis karena
kepercayaan mereka mengatakan bahwa lukanya akan lama sembuh bila mereka memakan
itu.
Dampak positif : tidak ada
Dampak negatif : merugikan karena masa nifas memerlukan
makanan yang bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.
·
Setelah
melahirkan ibu hanya boleh makan dengan bumbu hanya garam tanpa bumbu.
Dampak positif : tidak ada
Dampak negatif : tidak ada
·
Masa
nifas dilarang tidur siang
Dampak positif : tidak ada
Dampak negatif : karena masa nifas harus cukup istirahat,
kurangi kerja berat karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk
kesehatan ibu dan bayi.
·
Masa
nifas / saat menyusui setelah waktunya maghrib harus puasa tidak makan makanan
yang padat.
Dampak positif : hal ini dibenarkan karena dalam faktanya
masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masa nifas mengalami
penimbunan lemak, disamping itu organ – organ kandungan pada masa nifas belum
pulih kembali.
Dampak negatif : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga
produksi ASI menjadi berkurang.
·
Masa
nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari.
Dampak positif : tidak ada
Dampak negatif : hal ini tidak perlu karena masa nifas dan
bayi baru lahir (pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya
sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaitu umur 0 – 7 hari dan 8 – 30
hari dan ibu juga butuh sinar matahari.
·
Ibu
setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat / diurut, diberi pilis/lerongan
dan tapel
Dampak positif : jika pijatannya benar maka peredaran darah
ibu dan bayi menjadi lancar.
Dampak negatif : pijatan yang salah sangat berbahaya karena
dapat merusak kandungan. Pilis dan taoel dapat merusak kulit bagi yang tidak
kuat / menyebabkan alergi.
·
Masa
nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim.
Dampak positif : dari sisi medis, sanggama memang dilarang
selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu ini akan
menhambat proses penyembuhn jalan lahir maupun involusi rahim, yakni
mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan ukuran semula. Contohnya infeksi atau
malah perdarahan. Belum lagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun
pengaruh psikologis, semisal kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun
ketakutan bakal hamil lagi.
Dampak negatif : tidak ada
- Perawatan pada bayi
·
Pada dahi bayi diberikan ujung tali
bendungan yang telah digigit yang bertujuan untuk penghilang cegukan.
Dampak
positif : tidak ada
Dampak
negatif : tidak ada
·
Pada dahi bayi juga diletakan olesan
hitam dari pantat kuali yang bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan cegukan
serta sering diberikan pada menjelang sore hari agar bayi terhindar dari
gangguan makhluk mistis.
Dampak
positif : tidak ada
Dampak
negatif : bila kulit bayi sensitive
dapat menyebabkan iritasi karena pantat kuali/wajan itu bersifat kasar dan
mengandung zat kimia karbon
·
Jika bayi sering menangis dan diduga
dignggu oleh makhluk mitos, didahi bayi diberikan kunyit (parutan kunyitnya).
Dampak
positif : tidak ada
Dampak
negatif : tidak ada
·
Sebelum tali pusar lepas atau tercopot
maka bayi pun dilarang untuk keluar dari rumah dikarenakan takut akan gangguan
dari makhluk mitos.
Dampak
positif : tidak ada
Dampak
negatif : bayi membutuhkan sinar
matahari yang baik untuk perkembangannya dan merugikan bila bayi hanya di dalam
rumah saja dan tidak mendapatkan vitamin D
·
Dibawah kasur bayi diletakkan dun putri
malu dan 7 batang lidi kelpa hijau yang betujuan agar si bayi tidak mudah
terkejut atau kagetan.
Dampak
positif : tidak ada
Dampak
negatif : tidak ada
2.4.
kebudayan bali pada saat ibu nifas
Ada beberapa upacara adat bali yang
diperuntukkan untuk bayi adat bali. Semua upacara adat bali yang dilkukan pada
manusia, upacara adat bali umumnya dikaitkan dengan upacara agama hindu yang
merupakan agama mayoritas dibali. Oleh sebab itu, upacara adat sekaligus
menjadi upacara memuja tuhan, bersifat suci dan sakral. Salah satunya adalah
upacara megedong-gedongan yang dilakukan saat bayi masih dalam kandungan usia 7
bulan. Upacara adat bali ini biasanya dilakukan pada saat bulan purnama, erat
dengan agama hindu, upcara ini dilkukan dengan tujuan yang suci dan berdoa
untuk kebaikan sang bayi. Pada upacara megedong-gedongan ini biasanya dilakukan
pada saat bulan purnama. Erat dengan agama hindu, upacara ini dilkukan dengan
tujuan yang suci dan berdoa untuk kebaikan sang bayi. Pada upacara
megedong-gedongan ini, calon dan ibu akan diberikan nasihat untuk kelancaran
kehamilan hingga melahirkan.
Upacara Tutug Kambuhan juga merupakan
upacara untuk sang bayi adat bali. Upacara ini dilakukan setelah bayi beruia
42hari sehingga sering disebut upacara 42hari. Tutug Kambuhan dilakukan
masing-masing disetiap rumah bayi dan tidak dilakukan secara masal. Tutug
Kambuhan bertujuan untuk mengucapkan syukur kepada tuhan atas kelalaiannya.
Upacara ini sekaligus juga bertujuan untuk menyucikan sang bayi dan ibunya dari
segala kotoran dan noda sehingga kemudian sang ibu boleh memasuki tempat-tempat
yang suci.
Bayi adat bali yang berusia 3 bulan juga
dianjurkan untuk melakukan upacara Nyambutin sesuai namanya, upacara ini memang
untuk menyambut kedatangan sang bayi ke dunia. Upacara Nyambutin juga bertujuan
untuk meminta kepada Tuhan agar sang bayi diberkati dan diijinkan menginjak bumi.
Pada upacara ini, diberikanlah nama – nama bayi. Penegasan nama-nama bayi
sekaligus merupakan bentuk sambutan kepada sang bayi yang telah menjadi manusia
sempurna.
Upacara adat bali lainnya adalah upacara
Otonan. Upacar ini dilakukan ketika bayi telah berusia 210hari. Tujuannya
adalah untuk menebus atau menghilangkan segala kesalahan yang mungkin dibawa
oleh bayi pda hidupnya terdahulu. Selain itu, juga memohon kepada Tuhan agar
memberikan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan kepada sang bayi. Pada
upacara Otonan ini, bayi adat bali untuk pertama kalinya akan menginjakkan kaki
ke tanah.
- Perawatan terhadap ari-ari
·
Ari-ari disambut suami lalu suamilah
yang membungkus ari-ari dengan kain putih. Ari-ari dibungkus dengan kain putih
(yang artinya berharap bayi itu melakukan perbuatan suci setelah renkarnasinya)
Dampak
positive : ayah dari bayi dapat dekat dengan bayi secara batin juga ikut
merasakan apa yang dirasakan oleh ibu
Dampak
negative : tidak ada
·
Ari-ari tersebut kemudian di masukkan
kedalam kendil atau batok kelapa yang paling besar. Dibatok kelapa bagian atas
itu diberi tulisan ongkara dan yang bawah ahkara bungan-bunga dan kelengkapan
lainnya hanyalah syarat untuk sesajen. Saat dikubur dibacakan mantra-mantra
yang bertujuan untuk mendoakan bayi.
Dampak
positive : tidak ada
Dampak
negative : tidak ada
·
Kemudian dikubur dipendam di samping
rumah dengan ketentuan disebelah kanan pintu itu ari-ari bayi laki-laki, dan
sebelah kiri pintu itu adalah bayi perempuan dapat juga setelah ari-ari
dibungkus dibuang kelaut.
Dampak
positive : tidak ada
Dampak
negative : tidak ada
- Perawatan Pada Ibu
·
Tidak boleh kedapur
Dikarenakan
ibu masih dalam kondisi kotor dan haruslah menjalani upacara 42hari lahirnya
bayi barulah boleh ibunya kedapur, selama itu yang kedapur dan menyiapkan
semuanya adalah suaminya boleh juga digantikna kerabatnya.
Dampak
positif : baik untuk kondisi ibu nifas yang membutuhkan banyak istirahat dan
memang tidak diperbolehkan untuk beraktivitas yang berat
Dampak
negatif : tidak ada
·
Tidak boleh masuk ketempat peribadahan
atau ke purenya karena ibu masih dalam keadaan kotor. Setelah puser bayi lepas,
ibu diberi makanan-makanan daging, ikan, daging babi dan sebagainya bertujuan
agar si bayi nanti tahan terhadap alergi bila ia memakannya nanti.
Dampak
positive : tidak ada
Dampak
negative : tidak ada
- Perawatan Pada Bayi
·
Saat bayi lahir ayah si bayi dianjurkan
menggendong dan membisikkan mantra-mantra ke dekat telingan bayi dan mantra itu
bertujuan untuk memberikan doa-doa pada bayi.
Dampak
positive : tidak ada
Dampak
negative : tidak ada
·
Setelah tali pusar lepas itu ada upacara
lagi yang namanya ngelepas aon. Setelah bayi umur 12hari namanya ngelepas
lemeng
Dampak
positive : orang tua bayi mensyukuri anak yang diberikan tuhan YME
Dampak
negative : tidak ada
·
Upacara 3bulanan atau nyambutin upacara
ini bertujuan agar siwatma(jiwa) si bayi benar-benar berada pada raganya
disamping pembersihan dan penegasan nama bayi.
Dampak
positive : tidak ada
Dampak
negative : tidak ada
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam
menghadapi mitos-mitos yang telah berkembang di masyarakat, kita harus
mengadakan adanya suatu promosi kesehatan, salah satunya berupa penyuluhan.
Bidan berperan untuk menjelaskan apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh
masyarakat terkhusus bagi para ibu nifas agar dapat memberikan yang terbaik
untuk sang bayi.
Materi
penyuluhan ialah yang berkaitan dengan mitos-mitos yang merugikan sedangkan
kita memberikan bimbingan pada masyarakat tentang mitos baik yang tetap
diyakini agar tak ada kesalahpahaman dalam mengartikan mitos yang ada. Karena
kebudayaan antara suatu daerah dengan daerah lainnya berbeda-beda.